Sokola Rimba

Sokola Rimba merupakan sebuah lembaga pendidikan non formal yang didirikan oleh Saur Marlina Manurung atau biasa disebut Butet Manurung. Ia seorang sarjana dan Master Antropologi yang mendirikan sekolah untuk masyarakat Rimba yang mendiami Taman Nasional Bukit Dua Belas di Jambi. Masyarakat tersebut hidup di hutan secara berkelompok dan berpindah-pindah, mereka memanfaatkan seluruh potensi alam untuk menyokong kebutuhan hidup. Kehidupan masyarakat Rimba banyak mengalami gangguan karena kerusakan hutan yang disebabkan oleh banyak faktor, contohnya: penebangan liar dan perubahan lahan hutan menjadi lahan kelapa sawit.

Butet mendirikan Sokola Rimba membutuhkan perjuangan yang panjang karena harus mendekati masyarakat Rimba selama bertahun-tahun untuk mengajar membaca, menulis dan berhitung bagi anak-anak Rimba. Selama hidup dengan masyarakat Rimba, Butet pindah-pindah dari satu rombongan orang Rimba ke rombongan lain sehingga ia mengetahui gambaran tentang kehidupan mereka.

Awalnya, ketika Butet mendekati masyarakat tersebut lalu menawari pendidikan, mereka takut dan menolak. Masyarakat Rimba mengira bahwa adanya pendidikan akan mengubah adat mereka. Mereka seperti itu karena sering ditipu oleh orang-orang luar. Mereka tidak mampu membaca dan menulis sehingga menjadi titik kelemahan mereka. Dengan adanya keadaan tersebut maka Butet mencoba mengajarkan anak-anak Rimba baca, tulis dan hitung. Ia menyadari bahwa daya tangkap masing-masing anak berbeda sehingga harus kreatif untuk memberi ilmu kepada mereka. Pendidikan di tempat tersebut tentu berbeda dari tempat lain, alat pendidikan yang digunakan yaitu menggunakan media alam sebagai pembelajaran. Jika muridnya tidak kebagian alat tulis maka ia mengajarkan menggunakan ranting dan menggaris di tanah, Butet menggunakan benda-benda yang tidak asing bagi Orang Rimba untuk mengenalkan huruf-huruf. Dengan berhasilnya ia mendirikan Sokola Rimba, Butet mendapatkan banyak penghargaan di antaranya Man and Biosphere Award dari LIPI dan UNESCO indonesia (2001) dan Woman of Letter’s as one of TIME magazine’s Heroes of Asia (2004).

Melihat dari kejadian tersebut terlihat daya juang seseorang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seperti tujuan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945. Ia menunjukkan bahwa dengan adanya usaha akan membuahkan hasil walaupun dengan proses yang panjang. Butet meninggalkan kehidupan di kota besar yang serba ada untuk hidup di hutan. Ia mengembangkan pembelajaran yang berbeda dengan yang diterapkan oleh sekolah formal lainnya, contohnya kegiatan belajar tidak harus duduk manis di dalam kelas dan tidak harus menggunakan seragam. Pada akhirnya semua kerja kerasnya membuahkan hasil, anak-anak masyarakat Rimba mulai teliti dan Butet berhasil memberikan pemahaman bahwa pendidikan akan melindungi mereka dari serangan dunia luar. Sokola Rimba ini membuktikan bahwa semua warga negara indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan Butet melakukan kegiatan tersebut untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Susanti
Mahasiswa Prodi Pendidikan IPA Universitas Negeri Yogyakarta

Sumber:
Butet Manurung. 2013. Sokola Rimba. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
https://www.grid.id/read/04197535/sokola-rimba-sekolah-untuk-anak-anak-suku-pedalaman-indonesia-yang-terancam-tutup?page=all

Baca juga:
Merevisi Revolusi Mental Pendidikan Nasional
Memahami Eksistensi Pendidikan
Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Potensi Akademi Anak

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI