Apa Agenda Utama Politik Ummat di 2019?

Perubahan terjadi bukan karena adanya kezaliman, akan tetapi menyadari adanya kezaliman”.
Benar, jika sebelumnya masih ada mitos yang berkembang pada masyarakat dalam pandangan berpolitik yakni “politik itu kotor, politik itu hanya rebutan kekuasaan, politik itu hanya urusan orangtua dan orang kaya dsb”. Berbeda dengan politik hari ini , bahwa roda politik Indonesia semakin bergelora.

Gejolak panas politik di negeri ini mulai dirasakan bahkan dari tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari tingkat elit hingga menjalar ke tingkat grassroot (akar rumput), lantaran baru dirasakan politik yang ada telah mempersulit kehidupan. Bisa dibuktikan dengan adanya keterlibatan dan kepedulian berbagai komponen masyarakat dengan ikut mengkritisi kebijakan pemerintah saat ini. Menariknya lagi, panas politik yang terjadi  tidak terlepas dari keterlibatan ummat Islam dalam menyikapi berbagai isu politik di negeri ini. Sebutlah isu penistaan agama oleh Ahok menjadi Triger bergeraknya ummat dari berbagai komponen, sehingga berkumpul 7 juta orang di Monas (Monumen Akal Sehat–menurut bung Rocky Gerung) dalam menyuarakan pembelaan terhadap keluhuran dan kemuliaan agamanya, yakni Islam.

Sepanjang  tahun 2017 dan 2018, ummat Islam di negeri ini berkali-kali kembali melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dengan pengecamannya terhadap berbagai isu politik. Menariknya, pengecaman ini mengantarkan masa masyarakat turun ke jalan, yang tidak pernah terbesit sedikitpun oleh rezim. Ini terjadi di antaranya karena adanya kriminalisasi rezim kepada ulama dan habaib, pencabutan BHP ormas Islam (HTI) serta mengutuk pembakaran bendera tauhid hingga pengutukan terhadap tindakan bengis Rezim China kepada minoritas muslim Uighur, maka tidak heran reuni 212 telah membuktikan kembali belasan juta ummat Islam menunjukan pernyataan sikapnya bahwa mereka tidak bisa dibungkam, dipecah belah dan tetap dalam barisan pengingkaran terhadap bentuk kezaliman dan ketidakadilan rezim. 

Bacaan Lainnya
DONASI

Gencarnya respon masyarakat terhadap isu politik mulai dari ketidakadilan hukum, degradasi sosial, kesenjangan ekonomi dan kesewenang-wenangan penguasa dalam kebijakan, merupakan bentuk kesadaran politik yang tumbuh dalam diri ummat. Fenomena politik ini sekaligus menghancurkan mitos termasuk racun dari sekulerisme dengan pernyataan” agama jangan dibawa-bawa/dicampuradukan ke dalam politik”.

Pentingnya Membangun  Kesadaran Politik-Ideologis

Menginjak 73  tahun Indonesia dinyatakan merdeka pada 17 Agustus 1945, dalam perjalannya Indonesia sudah melakukan beberapa kali amandemen UUD, perubahan bentuk pemerintahan, bergantinya penguasa dari berbagai latar belakang profesi, dilakukannya reformasi birokrasi hingga munculnya kembali perdebatan berkaitan landasan dalam bernegara. Pada kenyataannya justru yang nampak dalam perjalanan negeri ini pasca merdeka adalah semakin bercokolnya sekulerisme sebagai asas dari ideologi kapitalisme dan lahirnya Neoimperialisme sebagai bentuk penjajahan gaya barunya yang dibuka pintu masuknya melalui sistem  Demokrasi  hari  ini. 

Tentu dengan realitas tersebebut, cukup menjadi bukti bahwa perlu adanya kesadaran politik ideologis yang merupakan kesadaran ummat. Kesadaran politik ideologis ini tentu harus dibangun berlandaskan visi misi berbasis ideologi. Kesadaran politik ideologis akan mampu melihat siapa musuh utama ummat (akar masalah) dan bagaimana solusi atau jalan keluar. 

Islam sebagai Ideologi Bukan Sekedar Agama

Islam yang telah diturunkan oleh Allah SWT dan disyiarkan oleh Rasulullah merupakan sebuah agama sekaligus sistem politik dalam kehidupan bagi pedoman ummat manusia mencakup hubungan dengan Allah, hubungan dengan dirinya sendiri dan hubungan dengan manusia lain (politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial dsb.). Maka Islam tidak hanya dipahami sebagai agama tetapi merupakan sistem politik untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara dan inilah yang dinamakan ideologi Islam.

Kesadaran politik mmmat dan khususnya ummat Islam yang sudah terbangun. Menginjak tahun 2019 harus meningkat menuju kesadaran politik ideologis dengan menjadikan pemahamannya Islam, tolok ukur perbuatannya halal-haram dan qonaah dalam kaca mata kebenaran Islam. Termasuk dalam arah perubahan yang diperjuangkannya menjadikan ideologi Islam sebagai perjuangannya, hingga mampu ditegakkan dalam sebuah institusi politik yakni Khilafah Islamiyyah.

Perjuangan berbasis ideologi Islam niscaya akan melahirkan kebangkitan hakiki atas terpuruknya keadaan ummat hari ini dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam perjalanannya, penerapan ideologi Islam dalam istitusi Daulah Madinah yang dilakukan Rasulullah saat itu, telah terbukti mengangkat kemuliaan bangsa Arab dari kejahiliyahan mengalahkan bangsa lain hingga 14 abad lamanya. 

Kalau hari ini para penguasa yang liberal memanfaatkan Pancasila sebagai alat pukul lawan politiknya, maka kesadaran Ideologis dengan memperjuangkan penerapan ideologi Islam secara kaffah, niscaya akan merealisasikan cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub dalam Pancasila sebagai konsekuensi logis Rahmat yang Allah turunkan atas negeri ini. 

 Allah SWT berfirman : 

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَْرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَـٰهُمْ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. “
(QS 7. Al A’raaf:96)

Indra Lesmana
Aktifis Gerakan Mahasiswa Pembebasan Jawa Barat

Baca juga:
Devide et Impera; Islam Tersekat, Indonesia Darurat
Mereka Menggebuk Islam
Islam dan Negara: Kegamangan Pemerintahan Era Jokowi dalam Menjaga Dinamisasi Kehidupan Politik di Indonesia

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Komentar ditutup.