Pendahuluan
Di tengah derasnya arus globalisasi dan gempuran brand asing di dunia F&B, banyak brand lokal Indonesia yang memilih mengangkat identitas Nusantara sebagai diferensiasi utama.
Salah satunya adalah Belikopi, brand kopi kekinian yang kini tersebar di berbagai kota termasuk Malang.
Meskipun sekilas tampak seperti kedai kopi biasa, Belikopi secara visual dan naratif menyimpan banyak lapisan makna yang bisa dibaca melalui pendekatan semiotika.
Melalui tulisan ini, penulis akan membahas bagaimana Beli Kopi membentuk identitas dan menarik koneksi emosional dengan audiens lewat penggunaan tanda-tanda visual dan simbolik, sebagaimana diajarkan dalam kajian bahasa visual dan semiotika.
Mengenal Semiotika dan Relevansinya dalam Branding
Semiotika adalah studi tentang tanda, makna, dan bagaimana makna itu dibentuk dan dikomunikasikan.
Dalam konteks branding, semiotika memungkinkan kita memahami bagaimana visual, warna, symbol, hingga elemen desain lainnya menciptakan identitas dan membentuk persepsi symbol.
Mengacu pada teori Ferdinand de Saussure, tanda terdiri atas penanda (signifier) – bentuk fisik (seperti logo atau warna), dan petanda (signified) makna yang ditangkap oleh audiens.
Sedangkan Charles Sanders Peirce membagi tanda menjadi:
1. Ikon – menyerupai objeknya (misalnya, ilustrasi biji kopi)
2. Indeks – memiliki keterkaitan kausal (misalnya, symbol sebagai tanda budaya kafe urban)
3. Simbol – bermakna karena disepakati secara sosial (misalnya, logo yang menjadi simbol brand)
Semiotika Belikopi: Membaca Tanda dalam Brand Lokal
1. Nama “Beli Kopi”: Simbol Kebanggaan dan Aksesibilitas
Nama Belikopi secara fonetik sangat sederhana, mudah diingat, dan menggunakan bahasa Indonesia informal.
Kata “beli” yang sehari-hari digunakan dalam interaksi pasar memberi kesan akrab, seolah brand ini adalah milik siapa saja.
Secara semiotik, nama ini merupakan simbol yang menekankan kemudahan akses dan kedekatan sosial – berbeda dengan banyak brand yang memakai nama asing untuk memberi kesan eksklusif.
Dalam lanskap branding, nama ini menciptakan konotasi bahwa kopi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan sekadar lifestyle mahal.
Dengan kata lain, Belikopi mengajak orang untuk bangga menjadi konsumen kopi lokal yang membumi.
2. Logo & Tipografi: Kesederhanaan Sebagai Nilai Visual
Logo Belikopi biasanya ditulis dalam huruf kecil tanpa kapital (“belikopi.”), menggunakan tipografi sans-serif yang bersih dan modern. Secara visual, ini mengkomunikasikan dua hal:
1. Kesederhanaan: brand ini tidak pretensius.
2. Modernitas yang bersahaja: tetap kekinian tapi tidak agresif.
Tipografi ini berfungsi sebagai ikon gaya hidup baru anak muda Indonesia: urban, santai, dan mendukung lokal.
3. Desain Interior dan Warna: Indeks Kenyamanan dan Kejujuran
Outlet Belikopi di Malang, seperti yang di kawasan Kawi dan Sukun menggunakan elemen desain minimalis dengan dominasi warna coklat kayu, abu-abu semen ekspos, dan tanaman hijau.
Warna dan tekstur ini menjadi ikon yang mencitrakan kehangatan, keterbukaan, dan keaslian.
Desain industrial ini juga menjadi indeks dari era kafe kontemporer, di mana suasana “raw” dan unfinished menjadi estetika yang menandakan kejujuran dalam penyajian produk.
Ini sekaligus menjadi oposisi terhadap brand yang sangat “glamour” atau serba artifisial.
Baca juga: Pentingnya Copywriting dan Komparasi Brand dalam Membentuk Branding Perusahaan
4. Ropang dan Menu Terjangkau: Tanda Kelas dan Inklusivitas
Menu Belikopi tak hanya menyajikan kopi, tapi juga ropang (roti panggang) sebagai teman minum.
Kombinasi ini adalah indeks dari kelas sosial tertentu yakni pelajar, mahasiswa, dan pekerja muda yang mencari tempat nongkrong terjangkau namun tetap nyaman.
Dengan harga menu antara Rp 7.500 hingga Rp 15.000, Belikopi menempatkan dirinya sebagai brand inklusif.
Ini juga merupakan tanda perlawanan lembut terhadap anggapan bahwa kopi enak dan tempat cozy harus mahal.
5. Slogan dan Asal Produk: Simbol Nasionalisme Baru
Slogan “Bangga dengan Kopi Indonesia” bukan sekadar tagline. Ini adalah simbol yang merepresentasikan gerakan cultural branding—upaya untuk mem-branding kopi lokal sebagai produk unggulan bangsa.
Brand ini mengklaim menggunakan biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia, dan bahkan menjadikan narasi “mendukung petani lokal” sebagai bagian dari nilai mereka.
Dalam semiotika, ini adalah tanda simbolik nasionalisme baru—bukan dalam bentuk bendera atau lagu kebangsaan, tapi dalam pilihan konsumsi harian.
6. Media Sosial & Visual: Simbol Komunitas Anak Muda
Visual kampanye digital Belikopi kerap menampilkan ilustrasi simpel, warna pastel, dan tone yang fun tapi tetap rapi.
Mereka tidak menjual “produk” saja, tapi menjual suasana dan gaya hidup anak muda.
Ini adalah simbol komunitas, tempat nongkrong, produktif, dan bangga jadi lokal.
Baca juga: 5 Tips agar Hidup Kita Lebih Sehat
Penutup
Belikopi dan Strategi Semiotik yang Membumi.
Dalam lanskap persaingan kopi modern, Belikopi berhasil membangun identitas visual dan makna brand yang kuat melalui pendekatan semiotik.
Dari nama, desain, menu, harga, hingga narasi digitalnya, semua elemen berkontribusi membentuk sebuah simbol besar: bahwa kopi Indonesia itu keren, terjangkau, dan dekat dengan keseharian.
Dengan memahami semiotika, kita menyadari bahwa Belikopi tidak hanya menjual minuman, tapi juga menjual identitas budaya, narasi lokal, dan pengalaman kolektif yang membuat konsumennya merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Penulis: Dia Isa Nadianti
Mahasiswa Jurusan Desain Grafis, Universitas Brawijaya
Daftar Referensi
1. Chandler, Daniel. Semiotics: The Basics. Routledge, 2007.
2. Peirce, Charles Sanders. Collected Papers of Charles Sanders Peirce. Harvard University Press, 1931.
3. Saussure, Ferdinand de. Course in General Linguistics. McGraw-Hill, 1916.
4. Tribunnews Wiki. (2021). “Profil Belikopi dan Penyebaran Outlet.”
5. Belikopi.com. “Tentang Kami: Bangga dengan Kopi Indonesia.”
6. Lamonganpos.com. (2021). “Kisah Belikopi, Brand Lokal dari Lamongan yang Viral.”
7. Kumparan Food & Travel. (2022). “Menu Murah dan Interior Estetik, Ini Alasan Belikopi Diminati.”
8. JejakPersepsi. (2024). “Belikopi: Ropang + Kopi Rp 20 Ribu Saja?”
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News