Ulasan Debat Perdana Pilpres: Prabowo Terlihat Lebih Tenang Dibandingkan Jokowi

Pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno dinilai lebih unggul dalam hal penguasaan panggung dibandingkan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin pada debat perdana Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang membahas tentang isu hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme pada kamis (17/1).

Ketenangan dan kekompakan Prabowo-Sandi jelas terlihat selama jalannya sesi debat ketika keduanya saling melengkapi lontaran argumen dan gagasan dari pertanyaan yang dilayangkan kepada pasangan nomor urut 02 ini. Berbanding terbalik dengan pasangan Jokowi-Amin yang kurang menunjukan performa apiknya dan kekompakannya sebagai pasangan debat yang dinilai terganggu dengan keberadaan naskah atau contekan selama jalanya sesi debat tersebut.

Dilansir dari CNN Indonesia. Pakar semiotika dari Universitas Padjajaran (Unpad) Kunto Adiwibowo mengatakan keunggulan Prabowo-Sandi terlihat dari sikap lebih tenang yang ditunjukan pasangan capres-cawapres bernomor urut 02 itu dalam menjawab berbagai pernyataan.

Chemistry (paslon) 01 seperti tidak ada, tidak tahu karena apa. Skrip sepertinya sangat menggangu, kisi-kisi itu sangat merugikan 01, sehingga Jokowi fokus pada contekanya.” Katanya.

Perlu diketahui bersama bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam hal ini sebagai penyelenggara Pilpres 2019 memutuskan untuk memberikan daftar pertanyaan debat perdana capres-cawapres yang telah difinalisasi sebagai kisi-kisi kepada tim sukses masing-masing calon pada kamis lalu (10/1).

Hal tersebut yang nampaknya mengganggu performa paslon nomor urut 01 Jokowi-Amin yang terlihat tidak menunjukan chemistrynya sebagai pasangan capres-cawapres pada debat perdana. Hal ini pun dibuktikan dengan seringnya Ma’ruf Amin sebagai cawapres yang terlihat gugup dan kurang memberikan penampilan maksimalnya ketika diminta oleh Jokowi untuk menambahkan argumen dalam setiap sesi kesempatan.

Berbeda dengan kondisi paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandi, dalam hal ini Sandiaga Uno sebagai cawapres terlihat santai dan rileks untuk menjadi pelengkap dalam setiap sesi kesempatan menjawab pertanyaan. Bisa dikatakan secara penampilan individu Sandiaga menjadi sosok yang unggul dalam debat perdana pilpres 2019. Karena dinilai mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menjadi orang yang paling dewasa dibandingkan dengan tiga sosok lainnya selama sesi debat berlangsung.

Terlepas dari keseluruhan, Jokowi-Amin sudah memberikan sebuah narasi pesan pembuka baik yang menawarkan semangat optimisme menyongsong Indonesia maju dalam segmen penyampaian visi-misi. Namun, publik menilai hal tersebut dirasa kurang kala Jokowi dalam penyampaiannya acap kali melihat naskah yang dibuat oleh tim pemenanganya.

Berbanding terbalik ketika Prabowo menyampaikan narasi pesan pembuka yang lebih menggambarkan sebuah keresahan untuk menyambut Indonesia menang dalam berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi sebagai pondasi yang dibangun oleh Prabowo-Sandi ini. Dalam penyampaiannya, publik menilai pasangan ini unggul karena dalam banyak kesempatan Prabowo-Sandi terlihat tampil siap dan tegas terbukti dengan sedikit dan jarangnya pandangan paslon ini menoleh ke atas meja podium untuk melihat naskah yang telah dibuat oleh tim pemenanganya.

Dilansir dari CNN Indonesia, pengamat semiotika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Acep Iwan Saidi menilai Jokowi ingin menyampaikan tantangan bahwa dirinya adalah sosok yang paling benar saat menggulung lengan kemeja setelah menyampaikan pernyataan penutup di debat perdana Pilpres 2019. Menurutnya, Jokowi pun terlihat sensitif saat menyampaikan pernyataan penutup.

“Sensi paling tampak di closing statement bagaimana beliau (Jokowi) lebih menunjukan siapa dirinya di masa lalu yang tidak punya masalah HAM, korupsi, dan lain-lain, ini dia ingin menjatuhkan lawannya. Dari gesture, dia menggulung kemejanya, seolah ingin menantang aku paling benar.” Ucap Acep kepada CNNIndonesia.com. Kamis (17/11)

Publik menilai Jokowi terlalu sering menyerang interpersonal pribadi Prabowo yang dianggap memiliki masa lalu yang kurang baik, karena acap kali disangkutpautkan dengan kasus penculikan aktivis 98’ yang dikaitkan sebagai sebuah pelanggaran HAM yang menyeret namanya.

Selain itu, Jokowi dalam beberapa kesempatan menjawab pertanyaan dari Prabowo seringkali terlihat sinis dan emosional karena merasa apa yang disampaikan oleh Prabowo ternilai hoaks menurutnya (Jokowi), karena tidak dilengkapi dengan hadirnya data yang diberikan.

Sebagai petahana, Jokowi memang diunggulkan dalam penguasaan materi debat. Namun, publik menyayangkan sikap yang ditunjukan oleh Jokowi dalam debat kurang tenang dan cenderung emosional membantah setiap argumen dan pertanyaan yang diberikan oleh pasangan Prabowo-Sandi ini.

Secara substansi materi dan gagasan nampaknya kedua pasangan calon belum memberikan sebuah argumen yang akan membawa sebuah impact perubahan bangsa ke arah yang lebih baik secara kongkret. Keduanya masih bersikap normatif dan cenderung menyerang secara interpersonal tanpa menguliti sebuah gagasan yang sebenernya ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia.

Sebenarnya publik sedang menunggu ide atau gagasan baru ke arah perubahan yang lebih baik pada Bangsa ini, bukan menunggu satu dengan lainya yang fokus mengulik sebuah cerita masa lalu secara interpersonal dan melupakan sebuah narasi pesan kemajuan di masa yang akan datang.

Bagaimanapun keadaaanya, publik memang menginginkan sosok pemimpin yang ideal yang terlepas dan bersih dari banyaknya kasus yang merugikan bangsa ini sebagai sebuah karakter. Selain itu, tak dipingkiri bahawasanya publik menginginkan adanya sebuah narasi pesan perubahan yang dalam hal ini adalah sebuah agenda maupun program yang memiliki sebuah impact positif dan bisa dirasakan langsung oleh seluruh lapisan masyarakat.

Budi Nurdiyanto
Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Baca juga:
Pemilih Muda Butuh Pendidikan Politik Pancasila
Paradigma Kontemporer Sikap Politik Generasi Z Setelah Era Milenial
Tahun Politik dan Eksistensi Kaum Intelektual

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Komentar ditutup.