Idealnya seorang mahasiswa adalah orang yang akademis sekaligus kritis. Yah. namanya juga mahasiswa, merekalah orang yang paling lama mengecap indahnya bangku pendidikan, maklum saja kalau mereka dilabeli orang-orang cerdas harapan bangsa. Wong mereka juga kan yang paling lama sekolah, sudah pasti banyak ilmunya, dan pastilah mereka bisa membawa kemajuan bagi bangsa ini. Begitu pikir masyarakat kira-kira.
Ah namanya juga hidup, kadangkala tak sejalan dengan ekspektasi kita. Ya, dalam hal ini gambaran akan peran mahasiswa dalam benak masyarakat agaknya kian memudar. Lah bagaimana tidak, toh mahasiswa sekarang senengnya diem-diem bae. Yah sudah kita tahulah, kebanyakan dari mereka hanya sibuk akan urusan pribadi, jarang tuh mahasiswa yang rela terjun membela masyarakat secara langsung macam aksi kamisan, demo tolak BBM, tolak penggusuran lahan atau tolak biaya pendidikan yang mahal.
Di era Tik tok yang hina dina ini, mahasiswa kian enggan membela keadilan, jangankan untuk masyarakat, terkadang membela teman seperjuangannya pun tak mau. Jangankan membela temannya, membela kedudukan dirinya yang tertindas saja ia tak berani. Duh duh duh. Ya, kita setidaknya patut bersyukur karena masih ada program KKN, namun pergerakan mahasiswa dalam terjun membantu dan membela masyarakat apakah hanya cukup dalam tempo 40 hari saja?
Pengabdian kepada masyarakat tentu saja tidak cukup mengandalkan KKN saja, masih banyak bentuk pengabdian lain yang bisa dilakukan, yah membela mereka yang tertindas juga merupakan bentuk pengabdian kan. Mahasiswa yah jangan diem-diem bae lah, kalau boleh jujur tentu saja ada beragam masalah yang perlu untuk diselesaikan di negeri ini.
Nah bayangkan jika mahasiswa cuma adem ayem sambil sibuk main Tik tok? Mau bagaimana nasib rakyat? Mahasiswa itu punya gelar agent of change, lantas perubahan apa yang akan didapat jika mahasiswanya hanya diam? Yah mungkin viewers Tik tok nambah, tapi apa itu akan menyelesaikan masalah kelaparan masyarakat? Enggak beb.
Jangan tersinggung jika Eko Prasetyo sering menyentil bahwa saat ini peran mahasiswa seolah sudah mati, nyatanya memang begitu, atau yah setidaknya sedang dalam fase kanker stadium empat. Percaya atau tidak, bolehlah para pembaca yang budiman membuktikannya sendiri, lihat sekeliling anda, apakah masih banyak mahasiswa yang berkontribusi pada masyarakat?
Bagi pembaca yang kebetulan mahasiswa, coba sampeyan lihat suasana kampus, apakah masih ada mahasiswa yang menyatakan perlawanan ketika ada kebijakan kampus yang dianggap memberatkan? Jikapun ada, apakah jumlahnya sangat banyak atau cenderung sepi peminat? Yah silahkanlah para pembaca mencari jawabannya dari realitas yang ada.
Sikap apatis kini tengah menjangkit mayoritas mahasiswa kita, dengan begitu ia akan bodo amat pada setiap hal yang sekiranya tidak penting baginya, mau UKT naik, mau fasilitas berbayar, mau uang pangkal selangit ia takkan peduli. Syedih pokonyamah. Menjadi mahasiswa bukannya untuk have fun dengan membanggakan almamater semata, justru menjadi mahasiswa adalah beban, beban untuk memperbaiki tatanan sosial yang rusak.
Jadi mahasiswa kok diem-diem bae? Kagak malu sama Soe Hok Gie? Kagak malu sama mereka yang berjuang saat reformasi? Ngopi napa? Diskusi Napa? Aksi Napa? Nulis Napa? Napa woy napa. Wahai mahasiswa sering membacalah untuk memperkuat pemikiran, wahai mahasiswa sesekali turunlah ke jalanan untuk melawan penindasan, wahai mahasiswa menulislah agar semangat perjuanganmu menyebar pada orang lain dan takkan lekang digilas zaman. Semangat beb!