Penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah menjadi salah satu masalah sosial, kesehatan, dan keamanan yang paling serius dan kompleks.
Dengan dampak yang sangat luas, tidak hanya terhadap individu pengguna, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat, hingga masa depan bangsa, narkoba telah menjadi isu darurat nasional yang memerlukan penanganan secara komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan.
Situasi Darurat dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Indonesia telah menyatakan keadaan darurat narkoba. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2023, prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 1,73% atau sekitar 3,3 juta jiwa, terutama pada usia produktif 15–30 tahun.
Meskipun angka ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya, jumlah tersebut tetap menunjukkan betapa besar ancaman narkoba terhadap masyarakat.
Dampak narkoba sangat merusak dan menyeluruh. Dari sisi kesehatan, narkoba dapat merusak berbagai organ vital, seperti otak, jantung, dan hati, serta menyebabkan kecanduan, gangguan mental, hingga kematian akibat overdosis.
Dari sisi sosial, penyalahgunaan narkoba sering kali berkaitan dengan meningkatnya tindak kriminalitas, kekerasan, kehancuran rumah tangga, dan rusaknya masa depan generasi muda.
Baca Juga:Â Dampak Narkoba terhadap Generasi Muda dan Upaya Pencegahannya di Lingkungan Kampus
Dari sisi ekonomi, narkoba menyebabkan penurunan produktivitas, peningkatan pengangguran, dan beban besar bagi negara dalam hal rehabilitasi serta penegakan hukum—dengan estimasi perputaran uang ilegal mencapai Rp99 triliun selama 2022–2024.
Upaya Pemerintah dalam Menanggulangi Narkoba
Pemerintah Indonesia telah mengadopsi berbagai langkah untuk memberantas narkoba. Melalui Badan Narkotika Nasional (BNN), pemerintah mengedepankan tiga pendekatan utama: pencegahan, penindakan, dan rehabilitasi.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menjadi dasar hukum utama dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Meski penegakan hukum yang ketat penting untuk menindak para pengedar dan jaringan internasional, pendekatan ini tidak akan cukup jika tidak disertai dengan langkah pencegahan dan rehabilitasi yang memadai.
Hal ini disoroti oleh banyak pihak sebagai kunci keberhasilan jangka panjang dalam memerangi narkoba.
Peran Masyarakat dan Pendidikan Sejak Dini
Pemberantasan narkoba bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, aman, dan sehat.
Keluarga merupakan lini pertama dalam pencegahan dengan memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan moral sejak dini.
Baca Juga:Â Jalur Ganja dari Perbatasan: Menguak Tuntas Mafia Narkoba di Bumi Cenderawasih
Sekolah dan institusi pendidikan juga perlu mengintegrasikan edukasi bahaya narkoba ke dalam kurikulum.
Selain itu, organisasi masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) memegang peranan penting dalam sosialisasi, rehabilitasi, dan pemberdayaan para mantan pengguna narkoba agar bisa kembali berkontribusi bagi masyarakat.
Pentingnya Rehabilitasi dan Pendekatan Humanis
Banyak pakar menyuarakan perlunya pendekatan yang lebih humanis terhadap pengguna narkoba.
Alih-alih dihukum berat, pengguna narkoba yang menjadi korban seharusnya mendapat dukungan pemulihan secara mental dan fisik melalui rehabilitasi berbasis komunitas.
Hal ini akan lebih efektif dalam memutus rantai kecanduan dan mengurangi stigma sosial yang masih melekat.
Rehabilitasi harus mudah diakses, terjangkau, dan berkualitas, dengan melibatkan dukungan psikologis, konseling, serta program pemberdayaan ekonomi bagi mantan pengguna.
Dengan demikian, mereka memiliki peluang untuk kembali menjalani kehidupan yang normal dan produktif.
Tantangan dalam Pemberantasan Narkoba
Beberapa tantangan besar masih dihadapi dalam pemberantasan narkoba di Indonesia. Jaringan sindikat narkoba semakin canggih dan terorganisir, memanfaatkan teknologi dan jalur perdagangan internasional.
Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat, lemahnya sistem pendidikan keluarga, serta stigma negatif terhadap pengguna membuat proses penanggulangan menjadi tidak maksimal.
Contoh kasus seperti Bali Nine menggambarkan bagaimana sindikat narkoba internasional bisa menyusup hingga ke dalam negeri dan menciptakan krisis diplomatik, sosial, dan hukum yang pelik.
Kesimpulan: Perang Melawan Narkoba adalah Tanggung Jawab Bersama
Masalah narkoba di Indonesia bukan hanya masalah hukum, tetapi juga krisis sosial dan kemanusiaan.
Upaya pemberantasan narkoba harus dilakukan secara holistik dan berkelanjutan, melibatkan semua pihak: pemerintah, aparat penegak hukum, lembaga pendidikan, keluarga, organisasi masyarakat, serta individu.
Baca Juga:Â Penyalahgunaan Narkoba Menyebabkan Dekadensi Moral? Berikut Ulasannya
Tanpa kerja sama yang solid dan pendekatan yang terintegrasi, Indonesia akan terus menghadapi tantangan berat dalam menciptakan generasi muda yang sehat, cerdas, dan bebas dari narkoba.
Edukasi, rehabilitasi, dan pemberdayaan harus berjalan beriringan dengan penegakan hukum agar kita dapat benar-benar menanggulangi masalah ini dari akarnya.
Penulis: CAKAP 2
1. Alexander Febrian Eka Putra
2. Yenlie Dwi Putri
3. Calvin Evander Adelwise
4. Tomas Liu
5. Jasmin Hokki
6. Christina Maryanti
7. Xaverio
8. Dyland Nelwan
9. Lorensha
10. Chrystina
11. Ernestine
12. Gracesia Natalia
13. Kevin Tamran
14. Shanti Paramita
15. Lusiana Alvi Euodia S.
Mahasiswa Prodi Akuntansi, Universitas International Batam
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News