Di tengah musim pandemi COVID-19, banyak sekali sektor-sektor pemerintahan yang dirugikan oleh dampak COVID-19. Sektor ekonomi adalah salah satu dari beberapa sektor yang mengalami dampak kegoyangan. Sejak awal kemunculannya di Indonesia pada bulan Maret 2020, pemerintah sudah melakukan berbagai macam upaya-upaya guna mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19.
Upaya-upaya pemerintah tersebut adalah dengan melakukan pembatasan pergerakan atau tingkah laku masyarakat atau sering disebut social distancing, dan WFH. Dengan diberlakukannya upaya-upaya tersebut maka mengakibatkan merosotnya berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi yang mengalami kegoyangan.
Setelah kurang lebih 4 bulan melawan COVID-19, untuk meningkatkan sektor ekonomi yang mengalami kegoyangan. Kini pemerintah mulai bangkit dengan memberlakukannya skema New Normal. Dengan diberlakukannya skema ini, pemerintah berharap akan dapat memperbaiki sektor ekonomi yang saat ini mengalami kegoyangan akibat dari COVID-19.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), mengatakan bahwa kegiatan perekonomian sempat terpuruk di kuartal 1-2020, yaitu hanya 2,97% dan Menurut Menteri koordinator bidang perekonomian Airlangga Hartarto, skema New Normal bertujuan agar masyarakat tetap bisa produktif namun tetap aman dari COVID-19. Selain hal tersebut beliau juga mengatakan, New Normal juga dapat menyelamatkan perekonomian nasional yang saat ini mengalami kemerosotan, serta untuk mencegah PHK pabrik yang secara besar-besaran dikarenakan tidak adanya produksi.
Presiden RI Joko Widodo mengatakan, bahwa sudah saatnya masyarakat Indonesia untuk bisa hidup berdampingan dengan COVID-19. Artinya sebelum ditemukannya vaksin yang benar-benar efektif, maka masyarakat harus hidup berdamai dengan COVID-19 untuk beberapa waktu kedepan”, kata presiden Joko Widodo.
Dr. Hans Henri P.Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa memberikan beberapa panduan bagi negara yang akan memberlakukan skema New Norma. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui untuk menghadapi New Normal :
Pertama, negara harus memiliki bukti bahwa penularan COVID-19 benar-benar telah dapat dikendalikan.
Kedua, sistem kesehatan yang ada mampu melakukan identifikasi, isolasi, pengujian, pelacakan kontak, hingga mampu melakukan karantina bagi orang yang terinfeksi.
Ketiga, mengurangi resiko penyebaran COVID-19, dengan pengaturan ketat bagi tempat-tempat yang memiliki kerentanan tinggi. Terutama di panti wreda, fasilitas kesehatan mental, serta pemukiman dimana penduduknya sangat padat.
Keempat, penetapan langkah-langkah dilingkungan kerja. Seperti, jaga jarak, penggunaan masker, tidak berjabat tangan atau kontak fisik, melakukan cuci tangan serta standar protokol kesehatan lainnya.
Kelima, resiko penyebaran virus dari wilayah-wilayah luar benar-benar dikendalikan
Keenam, Berperan ikut serta masyarakat dan juga terlibat dalam transisi.
Sosialisasi serta penyuluhan-penyuluhan baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya melalu melalui media sosial sangat diperlukan guna memupuk rasa semangat masyarakat Indonesia untuk segera melakukan New Normal. Kunci keberhasilan perbaikan ekonomi negara adalah semangat masyarakat yang membara dan kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan di tengah New Normal. Banyak seklai negara di belahan-belahan dunia yang saling berlomba-lomba untuk pulih dari keterpurukan ekonomi.
New Normal dapat sukses apabila masyarakat selalu menerapkan protokol kesehatan, dan dapat menjadi ancaman juga apabila masyarakatnya mengabaikan aturan-aturam pemerintah. Oleh sebab itu, dari saat ini jadilah masyarakat yang peduli terhadap sosial.
Achmad Rizalul Fikri
Mahasiswa STKIP Al Hikmah Surabaya
Editor: Muhammad Fauzan Alimuddin
Baca juga:
Aktualisasi Pendidikan Pancasila Menghadapi New Normal
New Normal di Tengah Pandemi Covid-19
Dampak “New Normal” Terhadap Roda Perekonomian Indonesia