Munculnya Masyarakat Aktif di Era Pandemi

Covid-19 adalah virus yang muncul di Wuhan cina pada akhir tahun 2019 dimana pada saat itu penyakit tersebut menjadi penyakit misterius karena sejumlah pasien berdatangan ke rumah sakit Wuhan dan memiliki gejala yang sama. Sebelumnya virus tersebut sebenarnya telah ada sejak dulu namun dapat ditemui pada binatang saja. Setelah ditindaklanjuti, virus tersebut muncul dari kelelawar karena peneliti telah menemukan 95% genetik pada kelelawar hampir sama dengan virus covid-19 tersebut.

Virus Corona telah menyebar di berbagai negara di seluruh dunia tak terkecuali indonesia. Indonesia memiliki kasus munculnya pertama kali virus corona ini pada bulan maret 2020 awal dimana penyakit tersebut menjangkit dua warga Depok, jawa barat. Semenjak virus tersebut masuk di indonesia, persebarannya dapat dikatakan begitu cepat sehingga masyarakat menlakukan tindakan preventif berupa PSBB (pembatasan sosial bersekala besar).

Di Yogyakarta yang dapat di katakan kota yang cukup padat sendiri telah ada banyak warga yang terjangkit virus covid-19 tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya lockdown wilayah. Dalam lockdown wilayah ini tentunya memiliki banyak dampak terhadap segi kehidupan baik dalam perilaku masyarakat ataupun perilaku keagamaannya.

Bacaan Lainnya

Adapun dampak dari tindakan tersebut cukup menghambat kegiatan-kegiatan rutinitas yang ada sebelum munculnya tindakan PSBB. Bahkan dapat dikatakan adannya tindakan tersebut menimbulkan masalah baru setelah munculnya pandemi seperti munculnya kekurangan kebutuhan masyarakat, munculnya stigma negatif dalam menyikapi virus corona.

Sehingga secara tidak langsung virus covid-19 kali ini berdampak terhadap segi kehidupan baik dalam perilaku masyarakat ataupun perilaku keagamaannya. Berangkat dari permasalahan sosial maupun keagamaan tersebut penulis menemukan adanya hal yang menarik untuk dibahas dengan menggunkan kacamata sosiologi yaitu “Munculnya Masyarakat Aktif Di Era Pandemi”.

Tulisan ini berangkat dari sebuah wilayah yang berada di Kabupaten Sleman tepatnya di kecamatan Depok kelurahan Maguwoharjo RT.03/RW.63. penulis menggunakan obyek kajian wilayah tersebut karena penulis merupakan bagian dari masyarakat kelurahan Maguwoharjo RT.03/RW.63 sebagai pedatang yang menetap sementara dkarenakan sedang melakukan studi kebih lanjut di sebuah universitas yang ada di Yogyakarta.

Perlu diketahui, kelurahan Maguwoharjo RT.03/RW.63 merupakan wilayah yang dapat dikatakan wilayah yang selalu ramai dimana berada dekatdengan jalan raya dan juga berdekatan dengan stadion Maguwoharjo. Maka dari itu, tidak sedikit masyarat luar daerah yang berasumsi bahwa wilayah ini merupakan wilayah kurang aman, nyaman, dan juga masyarakat yang intoleran terhadap sesama. Asumsi tersebut dapat terpatahkan dengan berbagai pengalaman yang penulis rasakan semenjak beberapa bulan menetap di wilayah ini.

Dalam pengamatannya, penulis melihat hal-hal yang dapat dilihat dalam kacamata sosiologi seperti adanya ikatan kekeluargaan antar tetangga atau dapat dikatakan sebagai masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik walaupun tidak dapat dipungkiri juga adanya masyarakat yang menetap berdasarkan kebutuhan tanpa adanya ikatan keluarga dngan rumah yang lain.

Solidaritas sendiri menurut emile durkheim memiliki dua unsur yaitu solidaritas mekanik dan juga solidaritas organik. Solidaritas sosial mekanik dapat di temukan di desa-desa karena adanya suatu ikatan kekeluargaan atau nasab sehingga memunculkan rasa empati yang sama dan solidaritas sosial organik biasanya dapat di temukan di wilayah perkotaan karena adanya rasa sepenanggungan atau memiliki nasib yang sama (Ranjabar, 2008 : 28). Walaupun begitu, masyarakatyang memiliki ikatan keluarga sangat menghargai masyarakat pendatang seperti yang penulis rasakan.

Kali ini penulis merasakan sebuah hal yang menarik yang muncul dari adanya pandemi covid-19 yang melanda di seluruh belahan dunia tak terkecuali wilayah Kelurahan Maguwoharjo RT.03 RW.63. Dalam permasalahan kali ini sangat berdampak bagi masyarakat baik dalam segi ekonomi, sosial masyarakat bahkan sosial keagamaan.

Penanganan covid-19 dalam wilayah ini cukup unik dan terkesan sangat serius serta transparan tanpa adanya hal yang di tutup tutupi antara ketua RT maupun warga. Penangananya sendiri seperti adanya lockdown wilayah atau penutupan jalur menuju wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 dan hanya menyisakan satu jalur keluar masuk dimana hal ini bertujuan untuk memantau keluar masuknya warga wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63. Artinya dalam hal ini setiap warga saling memperhatikan satu sama lain dengan tujuan yang sama yaitu penanganan pandemi covid-19.

Dalam hal kegiatan sosial masyarakat wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 juga berangsur berubah seperti adanya pembatasan dalam berinteraksi sosial tanpa menyusutkan rasa kekeluargaan antar tetangga, lalu bergantinya sistem jaga pos ronda dimana telah di jelaskan di atas tentang penutupan beberapa jalur dan hanya menyisakan 1 jalur utama keluar dan masuk wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63.

dalam hal ini maksud dari perubahan sistem sendiri adalah bergantinya beberapa jadwal dan pengurangan orang dalam berjaga dimana sebelum pandemi covid-19. Dalam perubahan perubahan tersebut muncul karena adanya kesadaran masyarakat wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 dalam penanganan pandemi covid-19.

Selain adanya perubahan sosial di wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63, di sini juga muncul beberapa kegiatan baru yang bertujuan untuk penanganan dan pemutus rantai pandemi covid-19 seperti kebijakan dari ketua RT untuk mencuci tangan setiap berkegiatan lalu adanya penyemprotan disinfektan setiap minggu pagi yang dilaksanakan seluruh warga sehingga terkesan tetap terjalin rasa gotong royong antar warga tanpa mengurangi rasa waspada terhadap pandemi covid-19.

Berikut foto foto yang memperlihatkan beberapa penutupan jalur yang ada di wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63.

Pada foto diatas terlihat beberapa penutupan jalan keluar masuk wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 terlihat bagaimana keseriusan warga dalam menyikapi adanya pandemi covid-19 pada saat ini. Dalam hal ini tentunya tak lepas dari adanya kesepakatan bersama warga wilayah desa maguwoharjo RT.03/RW.63 dimana hal tersebut mencerminkan adanya sebuah lingkup masyarakat aktif menurut Amitai Etzioni.

Foto tersebut adalah foto jalan atau akses keluar masuk satu satunya yang ada di wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 dimana akses tersebut terletak di wilayah desa Maguwoharjo RT.04/RW.63. Tidak hanya wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 saja yang menggunakan akses keluar masuk wilayahnya tetapi juga wilayah desa Maguwoharjo RT.05/RW.63 menggunkan jalur tersebut sebagai jalur keluar masuk satu-satunya karena di wilayah desa Maguwoharjo RT.05/RW.63 juga menutup seluruh jalur keluar dan masuk di wilayahnya dimana hanya menyisakan jalur wilayah desa Maguwoharjo RT.04/RW.63 sebagai akses utama.

Lalu dampak terhadap sosial keagamaan, sbelum adanya pandemi banyak kegiatan sosial keagamaan seperi adanya yasinan yang diseenggarakan seminggu sekali dan dlaksanakan dari rumah ke rumah.

Selain bertujuan untuk membaca surat yasin dalam kegiatan tersebut pula pengumpulan dana RT guna pengembangan wilayah. Lalu adanya dari adanya pandemi covid-19 adalah di berhentikannya kegiatan yasinan yang dilaksanakan mingguan oleh seluruh warga wilayah desa maguwoharjo RT.03/RW.63 dan diganti dengan pembagian sembako oleh tuan rumah yang mendapatkan giliran, tetapi dalam hal ini menjadi kegiatan yang bersifat sukarela dimana tuanrumah berhak bersedekah sembako ataupun tidak.

Dalam pembagian sembako sendiri tidak hanya dibebankan oleh tuan rumah saja tetapi juga ada pembagian sembako yang mana dana tersebut berasa dari uang kas yasinan karena mekansme yasinan sendiri selain membaca surat yasin dan solawat nabi juga terdapat iuran kas guna pembangunan wilayah desa maguwoharjo RT.03/RW.63. pembagian sembako sendiri juga tidak dilakukan asal-asalan.

Pembagian sembako dilakukan dengan beberapa proses guna ketentraman dan dapat menjaga keberlansungan hidup warga karena pembagunan sendiri memiliki beberapa proses seperti 1. Proses, 2. Metode, 3. Program, 4. Gerakan, 5. Gaya hidup ( jamaluddin, 2015 ), di wilayah wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 terkesan memiliki karakteristik tersebut.

Kemudian untuk kegiatan mengaji anak-anak yang dilakukan sore hari tersebut tetap berjalan tetapi tetap menggunakan protokol kesehatan yang ada seperti menggunakan masker dan muncuci tangan sebelum melaksanakan kegiatan.

Yang terakhir adalah kegiatan sosial keagamaan dalam hal sholat wajib yang di laksanakan di masjid. Dalam hal ini juga tak lepas dari pengawasan warga wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 dimana wilayah ini juga menerapkan protokol kesehatan yang telah diberikan oleh pemerintah terhadap keberlangsungan sosial keagamaan seperti peribadatan di masjid.

Berikut foto bukti keseriusan warga wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 dalam penanganan pandemi covid-19 dalam hal sosial keagamaan yang ada di masjid.

Dalam foto tersebut nampak bagaimana warga memberikan batasan untuk menjalankan sholat ditandai dengan adanya solatip berwarna merah yang ditempelkan di keramik sebagai tanda dimana masyarakat atau jamaah masjid hanya boleh beribadah di bagian yang bertanda selotip berwarna merah tersebut.

Lalu setiap masyarakat yang beribadah di masjid di wajibkan untuk cuci tangan dan berwudhu di masjid walaupun sebelum berada di masjid sudah dalam kondisi suci atau telah berwudhu di rumah sebelum berangkat di masjid. Kebijakan tersebut tentunya adalah hasil dari kesepakatan bersama warga wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63.

Dengan adanya solidaritas sosial dan berbagai peranan masyarakat dalam menangani masalah dapat di katakan masyarakat wilayah desa Maguwoharjo RT.03/RW.63 adalah masyarakat aktif karena memiliki kesadaran untuk melakukan gerakan perubahan dengan bermodalkan pengetahuan, pengambilan keputusan, dan kekuasaan.

Sebagaimana dalam teori Amitai Etzioni disebut sebagai faktor Sibernetik (Polama, 1987). Masyarakat aktif memiliki kemampuan untuk merubah tatanan ataupun hukum sosial yang ada, dan menyesuaikan dengan kebutuhan zaman yang ada. Dalam konteks ini manusia menjadi pemegang tatanan hukum ataupun kekuasaan.

Muhammad Zulfikar Fariage Al-firdaus
Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Editor: Muhammad Fauzan Alimuddin

Baca juga:
New Normal di Tengah Pandemi Covid-19
Gotong Royong Indonesia dalam Menghadapi Krisis Komunikasi di Tengah Pandemi Covid-19
Keuntungan Pengusaha Rumahan di Tengah Pandemi Covid-19

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI