Seorang ilmuan politik asal Amerika, Harold Laswell mendifinisikan bahwa politik adalah tentang who gets what, when, and how. Definisi tersebut terdapat dalam salah satu bukunya yang terkenal di tahun 1936, dengan judul yang sama. Berdasarkan definisi yang disebutkan Harold Laswell tersebut. berarti jika berbicara tentang politik, maka berbicara masalah siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana. Dan untuk mencapainya setiap parpol perlu memahami peta perpolitikan terkini di lingkungan tempatnya berada.
Begitu juga dengan partai politik di Indonesia baik partai pendukung pemerintah maupun partai koalsi. Pemahaman mengenai peta perpolitikan Indonesia terkini menjadi dasar parpol dalam memilih jalan yang akan ditempuh untuk merebut hati masyarakat.
Seperti yang kita ketahui pada saat ini dunia sedang disibukkan dengan kehadiran Covid-19. Yaitu penyakit yang diakibatkan dari virus Sars-CoV-2. Virus ini berupa zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Adapun, hewan apa yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui.
WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan 3 Maret 2020, secara global dilaporkan 90.870 kasus konfimasi di 72 negara dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat.
Di Indonesia Pada tanggal 2 Maret 2020 dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo membenarkan adanya dua kasus pertama covid-19 di Indonesia. Menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, para pasien tersebut tertular virus dari warga Jepang yang kemudian dinyatakan positif di Malaysia.
Secara tidak langsung pandemi ini telah mengubah wajah perpolitikan, tidak sedikit pula sosok pemimpin dunia yang diuji kemampuannya melalui pandemi ini. Kecakapan mereka dalam merespon pandemi ini pasti telah menjadi perhatian masyarakat.
Untuk parpol sendiri dengan adanya pandemi ini mereka bisa menggunakannya sebagai alat kampanye. Banyak jalur yang bisa dilalui, diantaranya melalui parlemen. Yaitu berupa masukan-masukan terkait strategi pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 melalui perwakilan di Senayan. Bisa juga mengawal realokasi anggaran untuk penanganan covid-19. Mengawal, memonitor, dan mengevaluasi pilihan kebijakan serta implementasinya.
Untuk parpol pemerintah, selain melalui parlemen bisa dengan mendorong kader-kadernya yang terlibat dalam kabinet, untuk melakukan kerja nyata mencegah dan menangani isu pandemi covid-19. Agar lebih afdol, anggaran dana yang dipakai untuk penanganan pandemi ini bukan dana yang bersumber dari rakyat, melainkan anggaran pribadi. Hal ini dapat dianggap bahwa kader yang bersangkutan memang layak untuk duduk dibangku jabatan publik.
Kemudian, baik parpol pendukung pemerintah maupun oposisi, dapat menggerakkan para pengurus dan kadernya yang ada di seluruh pelosok Indonesia untuk melakukan kerja nyata, yang sistematis, terstruktur, dan massif, dalam pencegahan pandemi covid-19 sesuai dengan kemampuannya. Seperti yang kita ketahui setiap parpol memliki perwakilan di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota, dan juga pengurus di tingkat kecamatan dan kelurahan/desa.
Ada baiknya setiap parpol yang melakukan kegiatan terkait penanganan covid-19 untuk melakukan publikasi kepada publik. Ini sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas ke publik, mengenai apa kontribusi parpol selama masa krisis ini. Sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada para pemilih mereka di masa pileg sebelumnya.
Sudah semestinya bila parpol, terutama yang memiliki sumber daya jauh lebih besar, untuk bergerak cepat dan sigap memberikan bantuan kepada elemen-elemen pemerintah dan rumah sakit di seluruh tanah air, serta kepada masyarakat secara langsung.
Disituasi seperti ini, sekain banyak tangan bergerak dan secara terkoordinasi, akan semakin lebih baik. Kita akui pabrik masker dan APD memang jumlahnya jauh lebih sedikit disbanding workshop pembeuatan kaos dan spanduk. Tapi, kepedulian bukan tampak dalam julah, melainkan pada keberanian melakukan di tengah keterbatasan sumber daya dan situasi sulit. Ini bukan saatnya menghitung suara karena memang bukan musim kampanye. Hanya saja, masyarakat tidak tidur. Mereka tentu akan mengingat dengan jelas, parpol mana saja yang turun tangan di saat masa krisis.
Jika partai politik melakukan setidaknya salah satu hal yang disebutkan diatas maka kesempatan untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat di pileg berikutnya akan semakin besar, selain sebagai bentuk tanggung jawab terhadap suara yang mereka dapatkan di pileg sebelumnya juga bisa mempengaruhi suara mereka di pileg yang akan datang.
Syahrul Ramadhan
Mahasiswa Fisip Unsyiah
Baca juga:
Berebut Simpati Pemilih Mengambang (Swing Voters)
Ironi Partai Politik dalam Pusaran Korupsi
Wajah Buram Disfungsi Kampanye Pemilu 2019