Dalam era digital seperti saat ini, TikTok merupakan salah satu platform media sosial yang popularitasnya sedang meningkat pesat terutama di kalangan Gen Z. Platform ini berbasis video hiburan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat video pendek berisi dance, musik, atau berbagai kreativitas lainnya yang juga menjadi pusat tren dan budaya pop global.
Aplikasi TikTok ini muncul sejak tahun 2016 yang hingga saat ini telah menarik pengguna global lebih dari 1,61 miliar dan 38,5% penggunanya berusia 18-24 tahun dilansir dari data We Are Social. Dengan banyaknya pengguna aktif TikTok diseluruh dunia dan mayoritas penggunanya merupakan Gen Z.
Baca juga: Gen Z, Generasi Paling “Mental Health”?
Apakah Aplikasi TikTok Ini Lebih Mendorong Kreativitas atau Konformitas di Kalangan Penggunanya?
TikTok sendiri memiliki peran yang cukup penting sebagai platform kreativitas bagi para pengguna terutama Gen Z. Melalui berbagai fitur yang tersedia di aplikasi TikTok seperti video pendek, efek kreatif, tantangan viral hingga fitur duet dan stitch, memberikan wadah bagi penggunanya untuk mengekspresikan diri secara unik dan inovatif.
Banyak kreator TikTok yang telah berhasil mengubah hobi mereka menjadi karir berkat inovasi dan orisinalitas yang mereka tunjukkan melalui platform ini.
Namun disisi lain, popularitas TikTok juga menimbulkan fenomena konformitas. Tren dan tantangan viral sering kali mendominasi platform yang kemudian mendorong pengguna untuk ikut serta demi mendapatkan likes, views, dan pengakuan sosial.
Baca juga: Kajian Psikologis tentang Dampak Negatif Penggunaan Media Sosial TikTok pada Kondisi Mental Remaja
Fenomena ini tentunya menciptakan tekanan sosial, dimana pengguna merasa perlu mengikuti tren terbaru agar tidak ketinggalan atau merasa FOMO (Fear Of Missing Out). Algoritma TikTok memainkan peran krusial dalam menentukan apa yang menjadi viral.
Konten yang mengikuti tren populer cenderung mendapatkan lebih banyak eksposur, sementara konten yang lebih bermanfaat dan tidak mengikuti arus mungkin sulit untuk mendapatkan perhatian. Hal ini dapat menyebabkan homogenitas konten, dimana kreativitas terhambat oleh keinginan untuk memenuhi ekspetasi sosial dan algoritma platform.
Baca juga: FOMO Berujung Toxic Productivity: Sisi Gelap Tren Study Account pada Media Sosial X
Menariknya, aplikasi TikTok ini bisa menjadi platform dimana kreativitas dan konformitas dapat berjalan beriringan apabila digunakan dengan bijak. Bagi Gen Z, kunci untuk menavigasi platform ini adalah dengan menemukan keseimbangan anntara mengikuti tren dan mengekspresikan kreativitas mereka sendiri.
Pengguna yang bijak tentunya akan mampu memanfaatkan platform kreatif yang tersedia, sambil tetap kritis terhadap tekanan sosial dan tren yang mendominasi. Dengan pendekatan yang tepat, TikTok dapat menjadi ruang bagi para Gen Z untuk berkreasi dan bebas mengekspresikan diri tanpa harus FOMO.
Penulis: Daffa Ailla
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya
Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News